Ada dua jalur resmi bagi masyarakat Indonesia untuk menunaikan ibadah haji, yaitu melalui pelaksanaan haji reguler dan haji khusus, kata Ketua PPIH Arab Saudi Syairozi Dimyathi, di Kantor Teknis Urusan Haji, di Jeddah, Arab Saudi.
Pernyataan itu dikemukakan Ketua PPIH Arab Saudi menjawab pertanyaan wartawan yang tergabung dalam Media Center Haji 2011, di Jeddah, Kamis (20/10) terkait mulai berdatangannya jamaah calon haji nonkuota di Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah.
Jamaah calon haji nonkuota itu sering telantar di Arab Saudi, terutama pada saat wukuf di Arafah maupun pada saat berada di Muzdalifah dan Mina. Tahun 2010 sekitar 3.000 jamaah nonkuota "menebeng" di tenda-tenda haji reguler, karena mereka tidak menjadi tanggung jawab PPIH Arab Saudi.
Ditanya bagaimana jamaah nonkuota itu memeroleh visa haji, Ketua PPIH Arab Saudi menggeleng. "Itu di Jakarta. Saya tidak mengerti," ucapnya diplomatis. Seperti diketahui Pemerintah Indonesia tahun ini memperoleh kuota haji sebanyak 221.000 orang, di antaranya sebanyak 20.000 untuk jamaah haji khusus.
Tapi saat ini, jamaah calon haji nonkuota mulai mengalir ke Arab Saudi. Di Jeddah, 69 orang jamaah nonkuota sempat telantar di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah. Selama berjam-jam mereka menunggu di plaza yang seharusnya diperuntukkan bagi jamaah asal Malaysia. Jamaah asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan itu juga mengenakan pakaian batik seperti yang dikenakan oleh jamaah reguler asal Indonesia. Selama berada di plaza itu, mereka tidak memperoleh makanan dan minuman seperti yang diperoleh jamaah reguler. Bahkan di antara mereka ada yang menyesal ikut dan bergabung dalam jamaah nonkuota. "Kalau tahu seperti ini, saya pergi secara reguler saja," kata salah seorang jamaah yang minta namanya tidak ditulis.
Jamaah itu mengaku membayar antara Rp50 juta hingga Rp65 juta/orang untuk bisa menunaikan ibadah haji. Mereka juga tidak tahu jika masuk dalam haji nonkuota. Jamaah itu hanya tahu mereka merupakan haji khusus atau visa haji. Saat menunggu "nasib", mereka juga diminta oleh penanggungjawabnya untuk membayar uang tambahan untuk general service di Bandara Internasional King Abdul Aziz masing-masing Rp2,5 juta.
Kepala Daker Jeddah Ahmad Abdullah Yunus yang dihubungi wartawan mengatakan tahun lalu sekitar 3.000 jamaah nonkuota terpaksa "nebeng" di tenda-tenda jamaah reguler saat di Armina. Mereka juga makan dan minum di jamaah reguler. "Akomodasi dan perlindungan terhadap mereka sangat minim," jelasnya.
Selain jamaah nonkuota asal Banjarmasin itu, hari Kamis (20/10) juga mendarat rombongan jamaah nonkuota lainnya di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah. Mereka juga berasal dari Kalimantan yang jumlahnya 112 orang. Jamaah nonkuota itu harus mengeluarkan uang antara Rp65 juta hingga Rp72 juta untuk bisa menunaikan ibadah haji.